Discover 1001 Yogyakarta: Menelusuri Makam Pangeran Purbaya yang Penuh Misteri

Gerbang Makam Pangeran Purbaya

Discover 1001 Yogyakarta: Menelusuri Makam Pangeran Purbaya yang Penuh Misteri

Makam Pangeran Purbaya terletak di Wotgaleh, Noyokerten, Mereden, Sendangtirto, Kec. Berbah, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasinya jauh dari hiruk-pikuk perkotaan, menjadikannya tempat yang tepat bagi mereka yang mencari suasana sejarah yang tenang dan memikat. Desa ini, dengan nuansa pedesaan yang asri, memberikan pengunjung pengalaman wisata yang berbeda dari tempat-tempat lainnya.

 

Makam Pangeran Purbaya

Makam Pangeran Purbaya (Sumber Gambar : Google Maps)

Makam Pangeran Purboyo terletak di dalam komplek pemakaman yang bernama Hastono Wotgaleh. Disamping itu, Makam Pangeran Purbaya juga berada di sekitar bangunan cagar budaya berusia ratusan tahun bernama Masjid Sulthoni Wotgaleh. Komplek pemakaman ini hampir setiap hari ramai dikunjungi pengunjung.

Masjid Wotgaleh di samping Makam Pangeran Purboyo

Masjid Sulthoni Wotgaleh (Sumber Gambar : Mojok)

Pangeran Purbaya adalah putra Panembahan Senopati (pendiri Kerajaan Mataram Islam) dengan Rara Lembayung (Ratu Giring), putri dari Ki Ageng Giring. Nama kecilnya adalah  Raden Damar atau dikenal juga sebagai Joko Umbaran. Pangeran Purbaya dijuluki sebagai Banteng Mataram karena kiprahnya sebagai panglima perang yang pemberani saat perang melawan VOC di Batavia pada tahun 1628-1629M. Pangeran Purbaya meninggal saat mempertahankan Keraton Plered dari serangan Karaeng Galesong dan Trunojoyo, yang memberontak pada tahun 1677 M.

Nama Purbaya turun temurun akhirnya turun temurun lintas generasi. Di kompleks makam ini, terdapat 4 nama Purbaya, yaitu adalah Raden Mas Damar (Purbaya I), Banteng Mataram (anak Raden Mas Damar, bergelar Purbaya II), Raden Mas Sahwawrat (Purbaya III), serta Raden Mas Haryo Timur (Purbaya IV). Dua nama terakhir adalah cucu dari Raden Mas Damar dan menjabat Tumenggung.

Di kawasan ini terkenal mitos yang telah melegenda, yaitu adanya larangan pesawat melintas di atas makam. Hal tersebut karena telah beberapa kali terjadi pesawat yang melintas di atas makam tersebut sempat 2 kali terbang rendah sebelum akhirnya jatuh setelah melintas untuk ketiga kalinya. Bahkan konon katanya burung yang terbang melintas di atas kawasan makam pun akan jatuh. Insiden tersebut menurut juru kunci disebabkan karena tidak adanya “kula nuwun”. Para penerbang biasanya akan terlebih dahulu berziarah jika akan terbang diatas makam umtuk menghindari insiden tersebut.

Kesan sakral dan magis sangatlah terasa ketika memasuki area makam. Didalam kompleks pemakaman ini terdapat banyak makam yang merupakan makam dari para abdi dalem makam dan Masjid Wotgaleh. Namun hal yang paling membedakan antara Makam Pangeran Purbaya dendan makam lain disekitarnya yaitu adanya kain putih yang menyelimuti dan Makam Pangeran Purboyo terletak di dalam pendopo. Budaya masyarakat sekitar masih sangat kental dan terjaga di kawasan tersebut. Hal tersebut dibuktikan dengan aanya upacara sadranan dan tahlihan yang dilakukan secara rutin di kawasan makam.

Hingga kini makam yang terkenal dengan kesakralannya itu selalu didatangi pengunjung. Beberapa diantara mereka ada yang sekedar  numpang sholat, ada yang beristirahat, bahkan ada pula yang menginap di sana. Mereka yang yang menginap biasanya sedang menenangkan diri,  menepi, mendekat kepada Sang Maha Kuasa. Makam ini dibuka 24 jam untuk umum bagi peziarah dan dijaga oleh para abdi dalem Keraton Yogyakarta.

Dengan memaparkan latar belakang sejarah dan kehidupan Pangeran Purbaya, pembaca diajak untuk meresapi nuansa masa lalu dan memahami peran penting yang dimainkan oleh tokoh tersebut dalam konteks sejarah setempat. Keberadaan makam ini tidak hanya sebagai sebuah tempat pemakaman, tetapi juga sebagai situs bersejarah yang merangkum cerita kehidupan, perjuangan, dan warisan budaya.

Jejak misteri yang menyertai makam Pangeran Purbaya turut menambah daya tariknya. Cerita-cerita lokal, kepercayaan, dan mitos yang melingkupi makam tersebut menambah nuansa magis dan mengundang rasa ingin tahu pembaca untuk menjelajah lebih dalam.

Berziarah ke Makam Pangeran Purbaya tidak hanya menjadi penghormatan terhadap sejarah dan warisan budaya yang berkaitan dengan tokoh tersebut. Pengalaman ini memberikan peluang untuk belajar, merenung, dan menghargai nilai-nilai yang diwariskan oleh generasi sebelumnya.

Sebagai penutup, penting abagi generasi saat ini dan mendatang agar dapat menjaga dan melestarikan peniggalan sejarah yang ada. Dan yang tidak kalah penting yaitu para peziarah harus selalu mentaati peraturan yang ada serta beretika dan berikad baik.

 

Kunjungi artikel menarik lainnya disini

Artikel terkait disini

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *